Senin, 12 November 2012

Kuasa Pujian dan Penyembahan

APAKAH PUJIAN ITU ? Pujian berarti “ untuk memuji, untuk bertepuk tangan atau memperbesar.” Untuk orang-orang Kristen, pujian ke Tuhan adalah suatu ungkapan pemujaan, mengangkat dan memuliakan Tuhan. Sebagai suatu ungkapan dalam humbling diri kita dan memusat perhatian kepada Tuhan dengan ungkapan cinta, rasa syukur dan penyembahan. Pujian akan membawa roh kita ke dalam suatu puncak keakraban dan persahabatan antara kita dan Tuhan - itu memperbesar kesadaran kita tentang hubungan rohani dengan Tuhan. Pujian membawa kita ke dalam dunia Roh dan ke dalam kuasa Tuhan. “Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu” ( Mazmur 89:15). Ada banyak tindakan yang melibatkan dengan pujian kepada Tuhan - ungkapan rasa syukur dan pemujaan lisan, bernyanyi, bermain instrumen, sorak-sorai, menari, mengangkat atau menepukkan tangan. Tetapi pujian benar bukanlah “ melulu” gerakan ini. Yesus membicarakan kemunafikan orang farisi, yang hanya mempertunjukan keluar dan bukan dari hati. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” ( Matius 15:8). Pujian asli ke Tuhan adalah sesuatu yang dinaikkan dengan kerendahan hati dan tulus hati kepada Tuhan dari dalam. Pujian dan Penyembahan dengan kerendahan hati akan menyenangkan Tuhan. Ia bersuka dalam kasih akan anak-Nya. Menurut kitab Injil, berbagai ungkapan pujian membawa berkat Tuhan. Kita menunggu dan rindu akan kehadiran dan kuasa-Nya di manifestasikan tengah-tengah kita “ …penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian (Yohanes 4 : 23). PUJIAN KEPADA TUHAN ADALAH LIFESTYLE / GAYA HIDUP Seringkali, pujian kepada Tuhan adalah sesuatu yang banyak ditinggalkan orang di gereja; suatu peristiwa yang terjadi hanya terjadi saat mereka datang bersama-sama dengan orang Kristen lainnya. Bagaimanapun, pujian harus menjadi bagian dari lifestyle/ gaya hidup orang percaya, sebagai bagian dari hidup doa sehari-hari mereka. Di tempat kerja, di dalam mobil, dirumah di tempat tidur, atau di manapun; memuji Tuhan membawa kehadiran bersama dengan kuasa dalam pengurapan Nya "… aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; pujian-pujian kepadaNya tetap dalam mulutku. ( Mazmur 34 :2) Pujian adalah suatu ungkapan iman, dan suatu deklarasi kemenangan! Pujian mengumumkan bahwa kita percaya TUHAN ada bersama kita dan bertanggung jawab atas keadaan kira (Roma 8:28). Pujian adalah " mengorbankan" sesuatu yang yang kita miliki dan menawarkan kepada Tuhan, tidak hanya sebab kita merasa seperti itu, tetapi sebab kita percaya akan Nya dan ingin menyenangkan Nya. " Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya." ( Ibrani 13: 15) PUJIAN MEMBUAT MUSUH LARI Karena pujian menjelma kehadiran Tuhan, berarti kita mengusir/menolak kehadiran musuh, setan. Suatu atmospir yang mana diisi dengan penyembahan tulus dari hati dan pujian kepada TUHAN. Setan takut dengan kuasa atas nama Yesus, dan merasakan dari tempat tinggal Tuhan (di dalam pujian). “…siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Ku perlihatkan kepadanya.”(Mazmur 50:23) Ketika anak-anak Yehuda menemukan diri mereka telah dikepung oleh angkatan perang Ammon, Moab, orang-orang pegunungan Seir, dan raja Jehoshopahat maka semua orang-Yehuda mencari Tuhan untuk meminta pertolonganNya. Tuhan meyakinkan orang-orang bahwa ini adalah pertempuran Nya. IA menceritakan kepada mereka untuk pergi melawan mereka, dan Ia berjuang untuk mereka. Lalu apa yang anak-anak Yehuda lakukan? Menaikkan " pujian" (Yehuda berarti pujian), dan Tuhan memanifestasikan kuasa Nya melalui pujian, mereka mengirim angkatan perang mereka melawan terhadap musuh mereka, memimpin para pemuji! Maka mereka pergi, di depan angkatan perang mereka mengumumkan, " memuji Tuhan, anugerahNya kekal untuk selamanya!" Dan dalam kitab perjanjian lama berkata " ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.”( 2 Tawarikh 20: 22) Ketika orang-orang Yehuda mulai untuk memuji nama Nya, Tuhan membuat musuh lari! Aku menantang kamu untuk menjadi seseorang pemuji, dan kamu akan mengalami petualangan kuasa Tuhan!
BEBERAPA UNGKAPAN PUJIAN DARI ALKITAB : mengumumkan terima kasih ( ibrani 13:15) bertepuk tangan dan bersorak-sorai ( mazmur 47 : 1) alat musik dan menari ( mazmur 150:4) bernyanyi nyanyian pujian ( mazmur 9: 11) mazmur & nyanyian rohani (efesus5: 19-20) pembuatan suatu suara gaduh penuh kegembiraan ( mazmur 98 : 4) mengangkat tangan ( mazmur 134:2) dalam keheningan ( mazmur 4 : 3-5; 46: 10) nyanyian nyaring( mazmur 33:3; 95:1-6

Karakteristik Orang Yang ' Finishing Well '

Saat mengawali perjalanan pertobatan, kebanyakan orang dipenuhi dengan semangat dan impian untuk hidup menyenangkan hati Allah dan berhasil dalam melakukan perintah-perintah-Nya. Namun ketika menghadapi kenyataan hidup, dimana banyak masalah yang tetap harus dihadapi, orang yang baru bertobat tersebut mulai tawar hati, kecewa bahkan frustasi. Tidak heran banyak orang yang mengawali pertobatan dengan menggebu-gebu bisa berhenti di tengah jalan bahkan kembali ke dunia lamanya. Mereka hanya bertahan mengasihi Tuhan selama enam bulan atau dua tahun namun setelah itu kembali ke habitatnya. Lewat teaching jawaban.com ini kita akan mempelajari beberapa tokoh Alkitab yang setia dan tekun dalam mengasihi dan melayani TUHAN. Karakteristik atau sikap apa saja yang membuat mereka menyelesaikan perjalanan hidup dengan gilang gemilang dan menyenangkan hati TUHAN. 1) Ketulusan / Tidak Ada Motivasi Yang Lain (Yosua 24:14; I Tawarikh 28:9) Banyak dari tokoh Alkitab yang berhasil setia mengasihi Tuhan karena mereka memiliki sikap hati yang tulus ketika mengawali perjumpaan dengan Tuhan. Lagi pula hanya hati yang tulus yang bisa bergaul dengan Allah. Allah adalah pribadi yang maha tahu dan menyukai ketulusan. Beberapa tokoh yang tulus di Alkitab diantaranya adalah: Nuh, Ayub, Abraham, Musa, dan Daud. Alkitab mencatat bahwa Nuh hidup bergaul dengan Allah ketika semua orang disekelilingnya memiliki kecenderungan hati yang membuahkan kejahatan. (Kejadian 6:5-9) Ketulusan seseorang akan teruji saat Tuhan memberikan perintah, apakah orang tersebut mentaati dengan segenap hati atau tidak. Baik Nuh, Ayub, Abraham, Musa maupun Daud adalah orang-orang yang cepat meresponi panggilan maupun perintah TUHAN.
2) Memiliki Jiwa dan Roh Yang Berbeda Dengan Kebanyakan Orang (Bilangan 14:24) Salah satu tokoh yang menerima pujian dan penghargaan dari Allah adalah Kaleb. "Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya." Ketika 10 pengintai bersungut-sungut dan membawa berita yang melemahkan mental seluruh rakyat Israel, Kaleb dan Joshua justru dengan penuh keberanian menyuarakan kebenaran iman dan pandangan mereka yang berbeda, sambil mengoyakkan pakaian, tanda kemarahan mereka terhadap kesepuluh kawan mereka. Untuk mengakhiri perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Allah yang setia maka diperlukan jiwa dan roh yang berbeda dengan kebanyakan orang di dunia ini. Jiwa dan roh yang berbeda akan lahir dan bertumbuh besar dalam diri seseorang ketika seseorang tersebut mau dengan segenap hati bergaul karib dengan TUHAN. Sebab ketika seseorang bergaul karib dengan TUHAN maka orang tersebut akan memiliki cara berpikir yang dari Tuhan, serta melihat segala sesuatu seperti Tuhan melihat segala sesuatu. Dengan demikian apa pun yang menerpa dan terjadi dalam kehidupan orang tersebut tidak membuat ia berubah setia. Melainkan orang tersebut tetap setia, bertekun dan mengakhiri pertandingan kehidupan dengan baik dan benar.

Kamis, 08 November 2012

Menjadi Mahasiswa Kritis, Cerdas, Dinamis dan Berempati ?

Mahasiswa kritis, cerdas, dinamis dan berempati Mahasiswa yang kritis ialah dia yang tidak mudah menerima sesuatu. Sia selalu merasa tidak puas sehingga memiliki hasrat yang tinggi untuk ingin mengetahui yang lebih jauh. Memang seorang mahasiswa hendaknya seperti itu, memiliki jiwa kritis yang tinggi. Namun terkadang mahasiswa mudah terbawa paham yang bertentangan dengan ideologi dan akal sehat, karena pada dasarnya masa-masa menjadi seorang mahasiswa adalah masa pencarian jati diri. “Siapa saya?” sehingga tidak sedikit malah mahasiswa menjadi sasaran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang debgan sengaja menyiarkan ajaran yang bertentangan dengan syariat islam. Untuk itu, selain daripada harus memiliki jiwa kritis, seorang mahasiswa pun harus memiliki iman yang tinggi untuk dapat mempertahankan syariat islam. Mahasiswa cerdas memiliki pemikiran yang terus berkembang dan selalu peka terhadap lingkungan dimana dia berada. Seorang mahasiswa pun mesti memiliki kecerdasan. Karena mahasiswa telah diajarkan dididik oleh para dosennya untuk selalu melakukan kebenaran. Tentu, mahasiswa harus berbeda dengan orang lain yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Mahasiswa harus dapat memberikan tauladan yang baik, menjaga citra diri yang baik dan dapat melaukan konstribusi terhadap masyarakat. Dan cobalah lihat sosok Muhammad SAW. Tentu semua orang tahu siapa beliau. Khususnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Beliau adalah seorang nabi yang amat cerdas semua orang pun mengakui kecerdasan beliau. Terbukti dengan tersiarnya ajaran yang beliau bawa untuk disampaikan kepada umatnya. Hingga sampai saat ini ajarannya masih banyak yang menganut. Mahasiswa pun harus dapat menauladani kecerdasan beliau, mahasiswa harus bisa melakukan pergerakan dan perubahan yang baik terhadap masyarakatnya. Mahasiswa yang seperti itulah yang didambakan oleh masyarakat dan Indonesia. Dan mahasiswa yang dinamis ialah dia yang selalu ingin bergerak dan melakukan perubahan. Mahasiswa yang seperti ini sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa. Karena mereka selalu aktif dan peka terhadap perkembangan yang terjadi di Negara Indonesia. Dan selain itu, seorang mahasiswa mesti menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Maka telah menjadi keharusan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki empati yang tinggi terhadap siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Karena dengan begitu, mahasiswa akan lebih dihargai oleh orang lain. Kutipan percakapan di bawah ini antar dosen (Seorang Profesor) dengan mahasiswa-nya merupakan salah satu contoh ciri mahasiswa yang memiliki daya kemapuan kritis, cerdas, dinamis dan berempati. Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan beberapa pertanyaan, yaitu : “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”. Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”. “Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.” Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos. Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?” “Tentu saja,” jawab si Profesor Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?” “Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas. Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.” Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi kita tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.” Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?” Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.” Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.” Profesor itu terdiam. ternyata… eh….tenyata nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Bagaimana perasaan anda setelah membaca cerita diatas? Betapa cerdas dan kritisnya Einstein menanggapi persoalan yang di ajukan oleh Professornya. Namun semoga dari cerita tersebut mampu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa agar bisa berpikir kritis dan cerdas untuk dapat menyelesaikan segala persoalan baik hal kecil maupun besar. Dan berani mengambil segala resiko yang terjadi. SEMANGAT!