Senin, 12 November 2012

Kuasa Pujian dan Penyembahan

APAKAH PUJIAN ITU ? Pujian berarti “ untuk memuji, untuk bertepuk tangan atau memperbesar.” Untuk orang-orang Kristen, pujian ke Tuhan adalah suatu ungkapan pemujaan, mengangkat dan memuliakan Tuhan. Sebagai suatu ungkapan dalam humbling diri kita dan memusat perhatian kepada Tuhan dengan ungkapan cinta, rasa syukur dan penyembahan. Pujian akan membawa roh kita ke dalam suatu puncak keakraban dan persahabatan antara kita dan Tuhan - itu memperbesar kesadaran kita tentang hubungan rohani dengan Tuhan. Pujian membawa kita ke dalam dunia Roh dan ke dalam kuasa Tuhan. “Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu” ( Mazmur 89:15). Ada banyak tindakan yang melibatkan dengan pujian kepada Tuhan - ungkapan rasa syukur dan pemujaan lisan, bernyanyi, bermain instrumen, sorak-sorai, menari, mengangkat atau menepukkan tangan. Tetapi pujian benar bukanlah “ melulu” gerakan ini. Yesus membicarakan kemunafikan orang farisi, yang hanya mempertunjukan keluar dan bukan dari hati. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” ( Matius 15:8). Pujian asli ke Tuhan adalah sesuatu yang dinaikkan dengan kerendahan hati dan tulus hati kepada Tuhan dari dalam. Pujian dan Penyembahan dengan kerendahan hati akan menyenangkan Tuhan. Ia bersuka dalam kasih akan anak-Nya. Menurut kitab Injil, berbagai ungkapan pujian membawa berkat Tuhan. Kita menunggu dan rindu akan kehadiran dan kuasa-Nya di manifestasikan tengah-tengah kita “ …penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian (Yohanes 4 : 23). PUJIAN KEPADA TUHAN ADALAH LIFESTYLE / GAYA HIDUP Seringkali, pujian kepada Tuhan adalah sesuatu yang banyak ditinggalkan orang di gereja; suatu peristiwa yang terjadi hanya terjadi saat mereka datang bersama-sama dengan orang Kristen lainnya. Bagaimanapun, pujian harus menjadi bagian dari lifestyle/ gaya hidup orang percaya, sebagai bagian dari hidup doa sehari-hari mereka. Di tempat kerja, di dalam mobil, dirumah di tempat tidur, atau di manapun; memuji Tuhan membawa kehadiran bersama dengan kuasa dalam pengurapan Nya "… aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; pujian-pujian kepadaNya tetap dalam mulutku. ( Mazmur 34 :2) Pujian adalah suatu ungkapan iman, dan suatu deklarasi kemenangan! Pujian mengumumkan bahwa kita percaya TUHAN ada bersama kita dan bertanggung jawab atas keadaan kira (Roma 8:28). Pujian adalah " mengorbankan" sesuatu yang yang kita miliki dan menawarkan kepada Tuhan, tidak hanya sebab kita merasa seperti itu, tetapi sebab kita percaya akan Nya dan ingin menyenangkan Nya. " Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya." ( Ibrani 13: 15) PUJIAN MEMBUAT MUSUH LARI Karena pujian menjelma kehadiran Tuhan, berarti kita mengusir/menolak kehadiran musuh, setan. Suatu atmospir yang mana diisi dengan penyembahan tulus dari hati dan pujian kepada TUHAN. Setan takut dengan kuasa atas nama Yesus, dan merasakan dari tempat tinggal Tuhan (di dalam pujian). “…siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Ku perlihatkan kepadanya.”(Mazmur 50:23) Ketika anak-anak Yehuda menemukan diri mereka telah dikepung oleh angkatan perang Ammon, Moab, orang-orang pegunungan Seir, dan raja Jehoshopahat maka semua orang-Yehuda mencari Tuhan untuk meminta pertolonganNya. Tuhan meyakinkan orang-orang bahwa ini adalah pertempuran Nya. IA menceritakan kepada mereka untuk pergi melawan mereka, dan Ia berjuang untuk mereka. Lalu apa yang anak-anak Yehuda lakukan? Menaikkan " pujian" (Yehuda berarti pujian), dan Tuhan memanifestasikan kuasa Nya melalui pujian, mereka mengirim angkatan perang mereka melawan terhadap musuh mereka, memimpin para pemuji! Maka mereka pergi, di depan angkatan perang mereka mengumumkan, " memuji Tuhan, anugerahNya kekal untuk selamanya!" Dan dalam kitab perjanjian lama berkata " ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.”( 2 Tawarikh 20: 22) Ketika orang-orang Yehuda mulai untuk memuji nama Nya, Tuhan membuat musuh lari! Aku menantang kamu untuk menjadi seseorang pemuji, dan kamu akan mengalami petualangan kuasa Tuhan!
BEBERAPA UNGKAPAN PUJIAN DARI ALKITAB : mengumumkan terima kasih ( ibrani 13:15) bertepuk tangan dan bersorak-sorai ( mazmur 47 : 1) alat musik dan menari ( mazmur 150:4) bernyanyi nyanyian pujian ( mazmur 9: 11) mazmur & nyanyian rohani (efesus5: 19-20) pembuatan suatu suara gaduh penuh kegembiraan ( mazmur 98 : 4) mengangkat tangan ( mazmur 134:2) dalam keheningan ( mazmur 4 : 3-5; 46: 10) nyanyian nyaring( mazmur 33:3; 95:1-6

Karakteristik Orang Yang ' Finishing Well '

Saat mengawali perjalanan pertobatan, kebanyakan orang dipenuhi dengan semangat dan impian untuk hidup menyenangkan hati Allah dan berhasil dalam melakukan perintah-perintah-Nya. Namun ketika menghadapi kenyataan hidup, dimana banyak masalah yang tetap harus dihadapi, orang yang baru bertobat tersebut mulai tawar hati, kecewa bahkan frustasi. Tidak heran banyak orang yang mengawali pertobatan dengan menggebu-gebu bisa berhenti di tengah jalan bahkan kembali ke dunia lamanya. Mereka hanya bertahan mengasihi Tuhan selama enam bulan atau dua tahun namun setelah itu kembali ke habitatnya. Lewat teaching jawaban.com ini kita akan mempelajari beberapa tokoh Alkitab yang setia dan tekun dalam mengasihi dan melayani TUHAN. Karakteristik atau sikap apa saja yang membuat mereka menyelesaikan perjalanan hidup dengan gilang gemilang dan menyenangkan hati TUHAN. 1) Ketulusan / Tidak Ada Motivasi Yang Lain (Yosua 24:14; I Tawarikh 28:9) Banyak dari tokoh Alkitab yang berhasil setia mengasihi Tuhan karena mereka memiliki sikap hati yang tulus ketika mengawali perjumpaan dengan Tuhan. Lagi pula hanya hati yang tulus yang bisa bergaul dengan Allah. Allah adalah pribadi yang maha tahu dan menyukai ketulusan. Beberapa tokoh yang tulus di Alkitab diantaranya adalah: Nuh, Ayub, Abraham, Musa, dan Daud. Alkitab mencatat bahwa Nuh hidup bergaul dengan Allah ketika semua orang disekelilingnya memiliki kecenderungan hati yang membuahkan kejahatan. (Kejadian 6:5-9) Ketulusan seseorang akan teruji saat Tuhan memberikan perintah, apakah orang tersebut mentaati dengan segenap hati atau tidak. Baik Nuh, Ayub, Abraham, Musa maupun Daud adalah orang-orang yang cepat meresponi panggilan maupun perintah TUHAN.
2) Memiliki Jiwa dan Roh Yang Berbeda Dengan Kebanyakan Orang (Bilangan 14:24) Salah satu tokoh yang menerima pujian dan penghargaan dari Allah adalah Kaleb. "Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya." Ketika 10 pengintai bersungut-sungut dan membawa berita yang melemahkan mental seluruh rakyat Israel, Kaleb dan Joshua justru dengan penuh keberanian menyuarakan kebenaran iman dan pandangan mereka yang berbeda, sambil mengoyakkan pakaian, tanda kemarahan mereka terhadap kesepuluh kawan mereka. Untuk mengakhiri perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Allah yang setia maka diperlukan jiwa dan roh yang berbeda dengan kebanyakan orang di dunia ini. Jiwa dan roh yang berbeda akan lahir dan bertumbuh besar dalam diri seseorang ketika seseorang tersebut mau dengan segenap hati bergaul karib dengan TUHAN. Sebab ketika seseorang bergaul karib dengan TUHAN maka orang tersebut akan memiliki cara berpikir yang dari Tuhan, serta melihat segala sesuatu seperti Tuhan melihat segala sesuatu. Dengan demikian apa pun yang menerpa dan terjadi dalam kehidupan orang tersebut tidak membuat ia berubah setia. Melainkan orang tersebut tetap setia, bertekun dan mengakhiri pertandingan kehidupan dengan baik dan benar.

Kamis, 08 November 2012

Menjadi Mahasiswa Kritis, Cerdas, Dinamis dan Berempati ?

Mahasiswa kritis, cerdas, dinamis dan berempati Mahasiswa yang kritis ialah dia yang tidak mudah menerima sesuatu. Sia selalu merasa tidak puas sehingga memiliki hasrat yang tinggi untuk ingin mengetahui yang lebih jauh. Memang seorang mahasiswa hendaknya seperti itu, memiliki jiwa kritis yang tinggi. Namun terkadang mahasiswa mudah terbawa paham yang bertentangan dengan ideologi dan akal sehat, karena pada dasarnya masa-masa menjadi seorang mahasiswa adalah masa pencarian jati diri. “Siapa saya?” sehingga tidak sedikit malah mahasiswa menjadi sasaran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang debgan sengaja menyiarkan ajaran yang bertentangan dengan syariat islam. Untuk itu, selain daripada harus memiliki jiwa kritis, seorang mahasiswa pun harus memiliki iman yang tinggi untuk dapat mempertahankan syariat islam. Mahasiswa cerdas memiliki pemikiran yang terus berkembang dan selalu peka terhadap lingkungan dimana dia berada. Seorang mahasiswa pun mesti memiliki kecerdasan. Karena mahasiswa telah diajarkan dididik oleh para dosennya untuk selalu melakukan kebenaran. Tentu, mahasiswa harus berbeda dengan orang lain yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Mahasiswa harus dapat memberikan tauladan yang baik, menjaga citra diri yang baik dan dapat melaukan konstribusi terhadap masyarakat. Dan cobalah lihat sosok Muhammad SAW. Tentu semua orang tahu siapa beliau. Khususnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Beliau adalah seorang nabi yang amat cerdas semua orang pun mengakui kecerdasan beliau. Terbukti dengan tersiarnya ajaran yang beliau bawa untuk disampaikan kepada umatnya. Hingga sampai saat ini ajarannya masih banyak yang menganut. Mahasiswa pun harus dapat menauladani kecerdasan beliau, mahasiswa harus bisa melakukan pergerakan dan perubahan yang baik terhadap masyarakatnya. Mahasiswa yang seperti itulah yang didambakan oleh masyarakat dan Indonesia. Dan mahasiswa yang dinamis ialah dia yang selalu ingin bergerak dan melakukan perubahan. Mahasiswa yang seperti ini sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa. Karena mereka selalu aktif dan peka terhadap perkembangan yang terjadi di Negara Indonesia. Dan selain itu, seorang mahasiswa mesti menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Maka telah menjadi keharusan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki empati yang tinggi terhadap siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Karena dengan begitu, mahasiswa akan lebih dihargai oleh orang lain. Kutipan percakapan di bawah ini antar dosen (Seorang Profesor) dengan mahasiswa-nya merupakan salah satu contoh ciri mahasiswa yang memiliki daya kemapuan kritis, cerdas, dinamis dan berempati. Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan beberapa pertanyaan, yaitu : “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”. Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”. “Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.” Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos. Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?” “Tentu saja,” jawab si Profesor Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?” “Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas. Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.” Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi kita tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.” Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?” Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.” Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.” Profesor itu terdiam. ternyata… eh….tenyata nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Bagaimana perasaan anda setelah membaca cerita diatas? Betapa cerdas dan kritisnya Einstein menanggapi persoalan yang di ajukan oleh Professornya. Namun semoga dari cerita tersebut mampu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa agar bisa berpikir kritis dan cerdas untuk dapat menyelesaikan segala persoalan baik hal kecil maupun besar. Dan berani mengambil segala resiko yang terjadi. SEMANGAT!

Senin, 23 Juli 2012

God know everything

each selection and planning, only God knows and manage, seseorang tidak tahu dibalik setiap dukacita yang ku hadapi, penilaian orang mungkin benar, tapi inilah realitanya, tetapi dibalik cerita ku menghadapi semuanya itu cerita kami belum berakhir, karna saya tau dan memilih yang terbaik untuk itu semua,saya mau membuat pengaruh dengan caraNya, suatu Kritikan di jejaring sosial yang membuat saya sadar akan hal salah yang salah yang saya perbuat, dan saya sadar dan akan melengkapi kritikan tersebut dengan tindakan dan penyertaanNya. Tadinya saya mau mencurahkan ini semua kedalam status social network, tapi bikin kritikannya aja bisa mempermicu adanya masalah baru apalagi kalau dibalas..haha saya berharap semua dan segalanya berjalan dan terselesaikan dengan cara yang baik..GB

Kamis, 14 Juni 2012

Tarombo Pasaribu




Pomparan Pasaribu yang kembali ke Negeri Limbong



Pomparan Sariburaja dari Marga Pasaribu ada yang kembali ke Negeri Limbong ((Sianjur Mula-mula) dan menetap serta beranak-pinak disana, yaitu Pasaribu Habeahan "PAPAGA NALOMAK" dan sebagian dari pomparannya memakai marga Habeahan (Pasaribu Habeahan).
Disana masih ada sebagai peninggalan sejarah yaitu Tempat Raja-raja, Natua-tua untuk Musyawarah (Rapat) yang disebut "PARRTUKKOAN SIDALU", tempatnya tidak begitu jauh dari Pancuran Air 7 Rasa (Sipitu Dai) di Negeri Limbong, Kec. Sianjur mula-mula, Tapanuli Utara- Sumatra Utara

Selasa, 12 Juni 2012

kesaksian Jim Caviezel pemeran Yesus dalam The Passion of the Christ.


Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”.
Berikut refleksi atas perannya di film itu.

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.

Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.

Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.

Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).

“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.

Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

-------------------------

lihat kan betapa sengsaranya Yesus ketika Ia dalam proses menuju penyaliban? masih tega berbuat dosa? jangan lagi ya :)
ayo kita bersama2 hidup dengan kudus, dengan suci, jauhi dosa, jauhi segala hal duniawi :)

God bless you!